Jika ada perlombaan makanan bercita rasa manis, madumongso bisa jadi sebagai pemenangnya. Rasanya begitu legit seperti madu. Selain itu, makanan ini terbilang langka, hanya muncul di waktu-waktu penting seperti pesta pernikahan, lamaran, atau hajatan lain, serta lebaran.
"Itulah yang membuat makanan ini istimewa," kata Khotipah, pembuat madumongso di Desa Jarak, Kecamatan Plosoklaten, Kediri, Kamis 3 Mei 2012.
Berbahan dasar beras ketan yang difermentasi hingga menjadi tape, cita-rasa madumongso sangat unik, perpaduan antara rasa manis yang kuat dan sedikit asam.
Berkat kegigihan Khotipah dan warga lainnnya, Desa Jarak dikenal sebagai sentra pembuat madumongso. Tak hanya memenuhi kebutuhan lokal, madumongso buatan warga Desa Jarak telah menembus pasar luar kota seperti Surabaya, Malang dan Semarang. Saat ini terdapat belasan warga di Desa Jarak yang menekuni profesi pembuat madumongso.
Proses pembuatan madumongso cukup rumit dan membutuhkan keahlian khusus. Untuk menciptakan rasa manis dengan sedikit asam dibutuhkan waktu dua hari. Diawali dengan mencampurkan komposisi beras ketan hitam dan putih, bahan tersebut ditanak hingga menjadi nasi. Selanjutnya nasi ketan itu diproses dengan ragi tape melalui fermentasi selama dua hari. Jika sudah dianggap layak, bahan tersebut ditambahkan gula kelapa dan dimasak dalam tungku api selama 7 jam.
"Pembuatan madumongso melelahkan karena harus diaduk lama," kata Khotipah, yang memualai membuat madumongso sejak tahun l997 itu.
Setelah proses pembuatan adonan selesai, adonan yang berubah warna menjadi hitam pekat itu dibiarkan hingga sehari. Baru kemudian dipotong-potong untuk disesuaikan dengan kemasan. Biasanya madumongso ini dikemas menyerupai permen seukuran ibu jari.
Khotipah mengaku, keahliannnya membuat madumongso ia warisi dari orang tuanya. Dalam sehari, Khotipah mampu memproduksi 20 kilogram madumongso. Untuk mengerjakan bisnisnya ini, Khotipah memperkerjakan 12 orang karyawan. Dengan kapasitas produksi tersebut, omzet penjualan Khotipah bisa mencapai Rp 3 juta per hari.
Untuk menarik perhatian konsumen, Khotipah mengemas madumongso ke dalam berbagai ukuran. Satu kotak madumongso ukuran kecil dibanderol Rp 12 ribu, kemasan sedang Rp 20 ribu, dan kemasan besar dipatok Rp 30 ribu.
Ny Nurma Zahnia, salah satu ibu rumah tangga di Kediri mengaku sangat menggemari makanan ini. Sebagai warga pendatang, dia sangat menikmati sensasi penganan madumongso. "Setiap pekan saya mengirim madumongso ke saudara di Jakarta dan Bondowoso," katanya.
Ibu dua anak ini menyukai madumongso yang dikemas kecil dengan kertas minyak warna-warni. Selain tak mengenyangkan, jajanan ini bisa mengganti kebutuhan kalori karena rasanya yang sangat manis.
Boleh dikata, sejak puluhan tahun silam hingga sekarang, madumongso menjadi kue favorit bagi warga Kediri. Bagi keluarga tertentu, tiap ada hajatan atau hari besar keagaman semisal Hari Raya Idul Fitri, tidak lengkap rasanya bila tidak menghadirkan madumongso di meja tamu.
Sumber : tempo
0 comments:
Post a Comment